5 Fakta Menarik Tentang Industri Film Porno Jepang

Fakta Film Porno Jepang atau JAV

Siapa yang belum pernah mendengar tentang Japanese Adult Video atau yang disingkat JAV alias film porno dari Jepang? Kami yakin sejak bisa bermimpi basah, Anda pasti sudah sibuk berburu koleksi JAV. Tidak disangka, JAV memiliki fakta-fakta yang mengejutkan dan belum pernah diketahui para penggemarnya–seperti Anda, misalnya. Berikut ada 5 fakta unik dari produksi film porno di negara berjulukan Negeri Matahari Terbit itu. Dan tambah menariknya persoalan ini, fakta-fakta tersebut bisa dikatakan lebih mengejutkan dari fakta-fakta seputar JAV yang selama ini Anda dengar. Beberapa di antaranya bahkan patut mendapat apresiasi. Apa saja fakta-fakta tersebut? Simak baik-baik fakta di bawah ini!

1. Pembohongan Publik Soal “Pemain Bisa Bertahan Lama”

Di banyak video porno keluaran industri film dewasa asal Jepang, digambarkan bahwa para pemainnya tidak mudah lelah dan bisa bertahan lama. Durasi akting di atas ranjang bahkan bisa mencapai satu jam, di mana sang pemeran pria tidak merasa capek atau setidaknya ejakulasi terlalu cepat. Sebagian orang mungkin berpikir bahwa aktor dan aktris yang dipekerjakan oleh industri film porno tersebut adalah mereka yang mempunyai kelebihan melakukan hubungan intim. Sebagian lagi menganggap ada obat atau terapis medis tertentu yang dilakukan agar membuat mereka begitu ‘perkasa’.

Namun ternyata, perihal “tahan lama” itu bukan dikarenakan kedua kemungkinan tersebut, melainkan hasil rekayasa dari teknik yang dilakukan oleh industri terkait. Patut diketahui, pembuatan film dewasa sebenarnya mirip dengan pembuatan film-film biasa pada umumnya. Dilakukan cut-scene, editing, hingga ‘take-action’. Fakta bahwa pemain bisa bertahan lama adalah sebuah pembohongan publik. Sebab, para kru film merekamnya per adgan kemudian menggabungkan hingga menjadi film utuh berdurasi panjang.

2. Jepang Melegalkan Industri Film Dewasa

Industri film dewasa memang legal di Jepang. Bahkan, sekarang ini perusahaan-perusahaan yang bergulat di bidang film porno dan sejenisnya sedang gencar merekrut pemain baru. Aktris dan aktor muda yang berbakat akan dikontrak untuk menjalankan sebuah proyek video porno sesuai arahan mereka. Target pun telah ditetapkan, di mana para pemain diharapkan dapat memenuhi keinginan perusahaan yang terikat kontrak. Untuk dapat menjadi pegawai di sana, bahkan seseorang menjalani berbagai tes seperti akan melamar kerja pada umumnya. Syarat-syarat formal seperti ijazah, sertifikat pendukung, surat-surat, nilai, dan pengalaman pun akan ditanyakan.
Legalnya industri film dewasa oleh pemerintah Jepang sendiri tidak saja menuai pro-kontra dari dalam negeri, akan tetapi juga dari negara-negara lain. Banyak reaksi yang diterima oleh Negeri Bunga Sakura itu. Mulai dari dukungan, kritik, saran, hingga kecaman. Beberapa bahkan secara terang-terangan mengirim surat terbuka kepada PBB atas kebijakan Jepang tersebut. Meski begitu, Negeri Matahari Terbit tetap melaksanakan kebijakannya dalam melegalkan industri porno. Pemerintah mengatakan telah benar-benar menimbang serta melihat dari berbagai segi. Mulai dari efek buruk, hingga keuntungan yang ditimbulkan dari kebijakan legalnya produksi film porno terhadap negerinya, juga negara lain. Bravo Jepang!

3. Tetap Harus Disensor

Walaupun Jepang telah melegalkan industri film dewasa, akan tetapi ada peraturan pemerintah yang diberlakukan dan harus dipatuhi bagi para pebisnis hiburan fim porno tersebut. Lucunya, ada peraturan soal sensor dalam dunia produksi video porno. Salah satu peraturan sensor dalam pembuatan film porni di Jepang adalah penyensoran di bagian alat vital pria. Entah apa alasannya, akan tetapi detail ‘burung’ milik pemain laki-laki tidak boleh dipertontonkan secara langsung.

Ya, peraturan sensor ini merupakan kebudayaan Jepang zaman dahulu yang dipertahankan pemerintah hingga sekarang. Konon, industri film dewasa asal Negeri Bunga Sakura telah ada sejak lama sekali. Oleh karena itu, penyensoran terhadap detail alat kelamin pria dianggap sebagai penghormatan terhadap nilai-nilai moral dari leluhur mereka. Untuk sanksi sendiri, Jepang tidak main-main dalam menegakkan peraturan satu ini. Pemerintah mengancam para oknum yang melanggar dengan denda miliaran rupiah, penutupan perusahaan, bahkan sampai kurungan penjara selama puluhan tahun.

4. Adegan Bercinta yang Diarahkan

Film dewasa yang memiliki alur cerita ternyata lebih diminati ketimbang yang menyajikan bagian hubungan intim saja. Beberapa adegan pun disusun oleh sang sutradara. Mulai dari pertemuan, obrolan antar pemain, hingga berakhir di ranjang. Melihat publik lebih menyukai film porno yang seperti ini, maka industri bidang porno mulai berlomba-lomba menyajikan tema dan akting terbaik. Adegan bercinta pun di-setting sedemikian rupa agar menarik minat banyak penonton. Aktor dan aktris yang membintangi diharapkan bisa memerankan perannya sesuai naskah.

5. Kasus Pemerkosaan Rendah

Fakta yang terakhir ini adalah yang patut kita apresiasi. Meski Jepang telah melegalkan industri film dewasa dan dibuka banyak lowongan kerja sebagai pemeran porno, serta tingkat persentase remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah itu tinggi, tidak menjadikan Jepang sebagai negara yang memiliki banyak kasus pemerkosaan. Berdasarkan informasi yang didapat, perbandingan kasus pemerkosaan yang dialami orang Indonesia dan orang Jepang adalah 1:55. Artinya, jika di Jepang ada satu orang yang mendapat tindak pelecehan seksual, maka di Indonesia akan ada 55 orang yang mengalami hal tersebut. Luar biasa ironis, bukan?

–>