Berbagai Istilah dalam Prostitusi Online
Istilah Siap BO, ST saja, stay hotel, nawar nggak logis auto blok, hanya teman tak lebih, Ready, Chat di Bandungan, Hargai profesi, Need Valid, dan sebagainya, belakangan ini telah marak di media sosial dan aplikasi kencan online. Dan ternyata nama dan foto profile di grup itu tersamarkan, sehingga hanya orang tertentu yang mengenalinya bahwa itu adalah jaringan prostitusi online.
Selain di Facebook, sejatinya ada juga aplikasi yang sering dimanfaatkan oleh para PSK menjajakan diri. Mereka menawarkan diri sendiri. Bukan “menjual” nama orang lain. Entah ada yang mengkoordinir atau tidak, belum diselidiki.
Dalam status yang mereka pajang, ada yang blak-blakan siap di-booking dan melayani seks namun sebagian disamarkan dikemas sebagai paket pijat plus plus. Mereka siap dipanggil ke rumah, namun lebih banyak perempuan itu menawarkan diri siaga di kamar hotel/penginapan menunggu “pemesan” datang atau di kamar kos.
Dalam operasional mereka sebagian menggunakan aplikasi chatting Michat. Selama pandemi covid-19 ini banyak dijumpai sejumlah cewek open BO menawarkan diri melalui media sosial. Sebut saja di Faceboook, mereka membuat grup tersendiri yang berisi para wanita memajang foto-foto dan tarif “kencan”.
Salah seorang PSK online, sebut saja namanya Natasya, telah menekuni dunia prostitusi online sejak dari mahasiswi hingga bekerja di perusahaan swasta. Ya, sejak menempuh pendidikan di sebuah universitas di Kota Semarang, Natasya sudah mulai terbiasa melakukan hubungan badan di luar nikah. Semula hal itu ia lakukan bersama pacar yang dikenalnya sejak semester 2.
Namun lambat laun ketika ditinggal sang pacar, Natasya merasa perlu melampiaskan hasrat nafsunya kepada seseorang. Terlebih saat itu dia butuh duit. “Bapak ibu di kampung halaman belum bisa memenuhi kebutuhan saya di kota. Apalagi kadang saya telat bayar kuliah, karena kondisi ekonomi orangtua.
Sempat malu dengan teman-teman. Makanya saya sempat ditawari teman untuk mencoba menjual diri. Tapi ajakan itu tidak langsung saya iyakan,” ucapnya.
Natasya semula hanya berani melakukan VCS (video call sex) atau mengirim foto-foto bugilnya, kepada pria hidung belang yang dikenalnya melalui media sosial. Sebagai gantinya, Natasya mendapatkan pulsa sesuai tarif yang sudah dia atur. “Lumayanlah untuk tambah-tambahan di sini. Tapi itu pun hanya di saat tertentu saja. Tidak rutin tiap hari,” katanya.
Usai lulus kuliah, Natasya mencoba mencari pekerjaan ke berbagai tempat.Namun selang satu tahun, pekerjaan yang dia idamkan tak kunjung didapat. Karena frustrasi akhirnya Natasya mencoba jual diri atau menjadi cewek open BO di media sosial. “Saya awalnya pilih-pilih. Tidak semua orang yang mengajak saya kencan, saya iyakan.
Cenderung pilih yang masih muda-muda. Soalnya masih takut kalau ada apa-apa. Setidaknya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan bayar kos,” jelasnya.
Dalam semalam, Natasya hanya membatasi maksimal dua pria orang hidung belang saja. Media yang dia gunakan untuk mejual diri yakni melalui aplikasi chatting MiChat maupun media sosial Twitter.
“Saya masih tidak berani long time. Hanya sort time saja. Itupun eksekusinya di hotel tertentu, karena saya juga ingin jaga keamanan diri. Sekali ST (short time) saya tarif Rp 700 ribu maksimal durasi 1 jam.
Pembayaran juga saya lakukan saat ketemu atau COD, biar pelanggan tidak menganggap saya penipu,” ujar Natasya.
Berjalannya waktu, akhirnya Natasya mendapatkan pekerjaan yang dia inginkan di sebuah perusahaan swasta di Kota Semarang. Jika dilihat dari penampilan, Natasya sehari-hari tetap menggunakan pakaian sopan, tidak seronok.
“Jujur tidak ada yang tahu saya seperti ini. Termasuk orangtua saya juga.
Tapi sejak saya sudah kerja, agak mengurangi menjual diri di medsos. Itupun kalau saya lagi butuh uang tambahan atau enggak capek, baru mau booking out (BO). Apalagi saat ada corona, agak hati-hati,” imbuh Natasya.
Natasya secara terus terang pernah ditawari oleh seorang pengusaha asal Semarang, untuk menjadi istri ia tolak, karena Natasya berprinsip tidak ingin menghancurkan keluarga orang lain.
“Saya hidup enggak mau menyakiti orang lain. Tentu kalau tawaran itu saya terima, istri sahnya akan tersakiti. Memang sih saya akan dapat banyak materi dari dia. Tapi hati jadi enggak tenang,” tegasnya.
Dirinya mengaku saat ini sudah jarang membuka layanan open BO di medsos. Alasannya sederhana, karena dia kini sudah mendapatkan pekerjaan dan takut corona. Sehingga ia lebih memilih menghindarinya.
“Masih takut kalau harus open BO lagi. Sekarang saya justru sedang fokus jualan baju di medsos.
Biar punya kesibukan lain dan terlepas dari jerat prostitusi. Saya hanya ingin hidup normal, menikah, dan membesarkan anak-anak dengan baik,” pungkasnya.