Beroperasi Selama Pandemi Virus Corona, Karaoke Terjaring Razia
Petugas gabungan menggelar razia protokol kesehatan di sejumlah tempat hiburan malam di Surabaya, hasilnya, 39 orang terdiri dari 21 pemandu karaoke (LC) dan 18 pria diamankan. Mereka langsung dibawa ke Polrestabes Surabaya untuk dilakukan tes swab.
Polisi dari Polsek Tenggilis menemukan hiburan malam Karaoke May Way di Jalan Panjang Jiwo nekat buka selama sepekan ini. Padahal, tempat hiburan malam ini tampak tidak ada aktivitas sehari-harinya. Selain lampu depan ruko mati, pintu dikunci dan dirantai.
“Malam hari ini kita melakukan penindakan terhadap Karaoke May Way Panjang Jiwo. Kita mendapatkan informasi lalu kita melakukan penyelidikan selama 1 minggu. Karena ada modus menutup pintu dari luar lalu mati (lampunya). Plang di depan juga mati, seakan-akan tidak ada aktivitas,” kata Kepolsek Tenggilis Kompol Kristiyan Beorbel Martio.
Dia menceritakan selama 5 hari memantau, rupanya tempat karaoke tersebut buka dari siang hingga malam. Karena beberapa waktu lalu buka tutup, pihaknya hari ini berhasil masuk dan ditemukan aktivitas. “Sementara ini kita tunggu truk dalmas Polrestabes Surabaya, akan kita angkut untuk dilakukan tes swab. Untuk pengusaha kita akan serahkan ke Satpol PP Kota Surabaya untuk ditindaklanjuti. Kemungkinan dicabut izin usahanya. Karena memang di masa pandemi untuk RHU dan tempat hiburan tidak boleh buka,” jelasnya.
Sementara salah satu karyawan bagian operasional Karaoke May Way, Ari mengaku terpaksa membuka tempat tersebut karena terpaksa. Alasannya, banyak perut yang harus diisi. “Rata-rata gitu, kita selama ini libur ya masa pandemi mereka juga punya anak istri, terus kalau dia kerja ikut gojek. Gojek sudah nggak serame dulu, memang saya yang bandel. Oke, kita buka tapi sesuai protokol kesehatan, kita tutup jam 8 paling mentok jam 9,” kata Ari.
Ari menyesalkan razia ini. Sebab, kafe diperbolehkan buka sedangkan karaoke tidak boleh. “Mohon maaf, kayak kafe-kafe mereka bisa buka sampai jam 10-11 malam, tapi kenapa kok ini karaoke protokol kesehatan benar-benar terjaga (dirazia),” keluhnya.
Dia mengaku tujuan mematikan lampu bukan untuk mengelabui. Matinya lampu karena gugup pertama kali terjaring razia. “Ketika datang kita syok. Ya itu aja sih. Kita berani mengahadapi mau turun lampu langsung dimatikan, akhirnya saya nggak boleh turun sama anak-anak, akhirnya saya masuk lagi,” pungkasnya.
Memang saat razia dilakukan, ruangan tampak gelap. Namun meja-meja yang tersedia terdapat minuman dan makanan. Rupanya puluhan orang itu bersembunyi di kamar mandi, ruang karyawan dan ada di balik pintu. Bahkan banyak di antaranya bersembunyi di gudang. Sementara tempat hiburan tersebut sudah dipasang police line.