Bisnis Prostitusi di Tengah Pandemi Virus Corona
Syahdan pada pada Jumat malam, tepatnya pada pukul 19.00, adalah saat di mana rumah bordil yang dimiliki Aurel Johannes Marx di pinggiran Berlin, Jerman, bersiap-siap menyambut pelanggan mereka para pecinta dunia malam. Ya, industri seksual di Ibukota Jerman ini, telah lama menjadi roda perekonomian di kota tersebut. Namun, sejak merebahnya COVID-19, ada banyak profesi yang terdampak termasuk profesi yang tertua di dunia ini.
Di rumah bordil miliknya, “Lankwitzer 7”, dengan temaram lampu merah lembut dan lukisan jadul yang menghiasi dinding, dispenser berisi cairan desinfektan telah dipasang di sebelah wastafel. Marx mengatakan bahwa dia telah memerintahkan staf untuk mencuci semua handuk dan seprai dengan air panas, dan membuka jendela lebih sering untuk sirkulasi udara, namun pelanggan tidak ada yang datang.
“Selama beberapa minggu terakhir, bisnis telah turun sebesar 50%,” keluh Marx, yang menambahkan bahwa penurunan juga terjadi di pusat-pusat hiburan malam lainnya. menyalahkan penurunan umum kehidupan malam yang terjadi sejak virus tiba di Berlin. Apalagi pihak berwenang setempat juga telah memerintahkan penutupan sementara semua tempat hiburan malam, termasuk rumah bordil.
Susanne Bleier Wilp, seorang mantan pekerja seks Jerman dan juru bicara untuk Asosiasi Penyedia Layanan Erotis dan Seksual, atau BESD, mengatakan virus corona telah menyebabkan ketakutan dan ketidakpastian di antara sekitar 100.000 hingga 200.000 pekerja seks di Jerman, di mana bisnis pelacuran sebagian besar dilegalkan sejak sekitar 20 tahun lalu.
“Ada orang-orang yang menarik diri sepenuhnya dari bisnis prostitusi saat ini untuk alasan keamanan,” kata Bleier Wilp kepada The Associated Press. Yang lain mensyaratkan pelanggan untuk mendisinfeksi diri mereka sendiri, tambahnya tindakan yang menurut para ahli medis tidak mungkin menghentikan penyebaran virus secara efektif selama terjadi kontak fisik yang dekat.
Bagi kebanyakan orang, virus corona hanya menyebabkan gejala ringan atau sedang, seperti demam dan batuk. Tetapi bagi sebagian orang, terutama orang dewasa yang lebih tua atau lansia dan mereka yang memiliki masalah kesehatan, dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah, termasuk pneumonia.
Tidak ada kompensasi bagi para pekerja seks
Tidak jelas bagaimana penutupan rumah pelacuran atau rumah bordil akan memengaruhi nasib para pekerja seks ini. Sementara, Salome Balthus, seorang pekerja seks di Berlin, mengatakan bahwa sebagian besar rekannya lebih suka tinggal di rumah. “Tapi mereka tahu bahwa tidak ada yang akan memberikan kompensasi kepada mereka untuk kehilangan penghasilan,” katanya di Twitter. “90% dari semua jadwal dibatalkan. Seperti biasa, kami dibiarkan berjuang sendiri," keluhnya. “Banyak dari kami kan menghadapi masalah tempat tinggal paling lambat tiga bulan ke depan,” tambahnya. “Di mana kami harus tinggal?”
Tidak seperti karyawan biasa, sebagian besar pekerja seks tidak akan mendapat manfaat langsung dari paket pinjaman setengah triliun euro yang disediakan pemerintah Jerman kepada perusahaan-perusahaan yang menghadapi kehancuran karena wabah virus corona. “Pekerja seks biasanya wiraswasta, bukan karyawan,” kata Bleier Wilp. “Itu berarti, mereka menanggung semua risiko sendiri”
Beberapa pekerja seks mungkin dapat mengandalkan tabungan selama beberapa minggu, katanya. “Tetapi menjadi lebih sulit jika krisis itu berlangsung lebih lama. Kemudian banyak, terutama mereka yang melakukannya penuh waktu, mungkin harus mencari bantuan.” Bleier Wilp mengatakan ketentuan dalam undang-undang perlindungan penyakit menular Jerman mungkin mengizinkan pekerja seks wiraswasta untuk mengajukan kompensasi
–>