Cara Clubbing Dengan Protokol New Normal
Hiburan malam menjadi salah satu industri yang merugi akibat munculnya pandemi virus corona (COVID-19) di Jepang. Guna bertahan hidup, para pekerja meminta pemerintah untuk membuat aturan baru dalam menjalankan bisnis hiburan malam.
Tapi tak dipungkiri industri ini kerap menjadi area rawan penyebaran corona. Apalagi karena keintiman yang terjadi antara staf dan pelanggannya.
Karenanya ahli urologi dan advokat kesehatan masyarakat di Jepang Shinya Iwamuro meminta para staf bar melakukan aturan ketat sesuai dengan protokol kesehatan. Terutama mengenai cara berinteraksi dengan para pelanggan.
Salah satu aturan yang harus diterapkan adalah larangan untuk ciuman. Hal ini diajarkan Iwamuro di beberapa tempat hiburan malam termasuk di distrik Shinjuku, Tokyo, guna mencegah penularan.
“Sedapat mungkin, ciuman hanya dengan pasangan Anda, dan hindari ciuman yang dalam,” kata Iwamuro dalam konferensi pers, sebagaimana dikutip dari Reuters. Iwamuro menyebut aturan ini sebagai “etika ciuman”.
Bukan hanya itu, karyawan dan pelanggan juga tidak berbagi alat makan, seperti piring, gelas, sendok, dan garpu. Tak lupa, mereka wajib menjaga jarak saat melakukan percakapan, guna menghindari kontaminasi tetesan (droplet) air liur atau bersin dari lawan bicara.
Sementara, Wakil Direktur Asosiasi Bisnis Kehidupan Malam Kaori Kohga mengatakan jika industri ini menyerap banyak pekerja, terutama ibu tunggal. Setidaknya, lebih dari satu juta orang bergantung pada bisnis ini.
Ia mengakui aturan yang direkomendasikan pemerintah, seperti mengenakan masker dan menjaga jarak sosial minimal dua meter, tidak praktis. Alhasil, ia juga telah menyusun peraturan keselamatan untuk anggotanya antara lain mendisinfeksi mikrofon karaoke.
“Tidak ada yang akan berubah jika Anda hanya mengkritik kami sebagai orang jahat,” kata Kohga seraya menambahkan bahwa pemerintah tidak mengakui aturan buatan mereka atau menawarkan bantuan keuangan yang cukup untuk bisnis atau pekerja di industri tersebut.
Industri hiburan malam dicap sebagai sumber kegagalan pemerintah dalam melacak dan mengendalikan penyakit COVID-19 ini. Meski demikian, sejumlah kalangan menolak anggapan itu.
Direktur Virologi di National Institute of Infectious Diseases Jepang Masayuki Saijo mengatakan tidak tepat untuk mendiskriminasi orang berdasarkan di mana atau kapan mereka bekerja. Ia berujar strategi untuk membendung Covid pada dasarnya sama.
“Tidak ada perbedaan, bekerja di malam hari atau bekerja di siang hari,” ujar Saijo.
Pengujian strategis di distrik hiburan malam di Tokyo mengungkapkan meningkatnya kasus positif corona harian, yang menjangkit orang-orang berusia 20-an dan 30-an. Munculnya cluster tersebut mendorong Gubernur Tokyo Yuriko Koike untuk meningkatkan peringatan kota ke level “merah”.
Pemerintah juga mempertimbangkan untuk memperkuat tindakan tindakan khusus yang memungkinkannya untuk menyatakan keadaan darurat. Media melaporkan Kepala Sekretaris Kabinet, Yoshihide Suga mengatakan bahwa mungkin ada lebih banyak pemeriksaan pada bisnis-bisnis kehidupan malam.