Hiburan Malam Bandung Mulai Hidup Kembali
Penikmat dunia malam yang berdomisili di Bandung boleh bergembira, dengan wacana beroperasinya kembali pusat-pusat hiburan malam di Ibukota Jawa Barat tersebut. Meski demikian, pemerintah Kota Bandung meminta pihak pengelola karoke dan klub malam untuk melakukan rapid test ke semua pengunjung sebagai syarat jika tempat hiburan ingin kembali beroperasi. Pasalnya, tempat karoke dan klub malam dinilai rentan penularan COVID-19 (virus corona) karena jarak sosial yang cukup sulit untuk dikendalikan.
“Ini menjadi solusi agar usaha bisa kembali berjalan dan antisipasi adanya penyebaran karena potensi interaksi pengunjung di tempat hiburan terbilang tinggi,” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung, Ema Sumarna.
“Persoalan terbesar adalah kalau di ruang karaoke, apa yang menjamin kalau pengunjung dan pemandu lagu itu tidak ada kontak fisik,” tuturnya saat meninjau tempat hiburan F3X Club dan FOX Club, sebagaimana dilaporkan Humas Pemkot Bandung. “Itu yang belum bisa dijawab oleh pengelola tempat hiburan. Saya sarankan setiap pengunjung idealnya dilakukan rapid test,” tuturnya.
Apabila ada pengunjung yang dinyatakan reaktif COVID-19 atau terpapar berdasarkan rapid test, maka pengelola wajib menolak pengunjung. Bahkan Ema meminta, yang bersangkutan bisa langsung ditangani oleh petugas medis.
Sementara di pihak pengelola, mereka menyebut telah memiliki rangkaian aturan sebelum pengunjung diizinkan masuk, yakni mencatat identitas asli setiap pengunjung. Hal itu dilakukan karena tidak menutup kemungkinan bahwa pengunjung tempat hiburan itu bersifat anonim dengan tidak diketahui identitasnya.
“Bila nanti terjadi sesuatu (terpapar COVID-19), kita sangat mudah melacaknya. Nanti kita lacak, ia datang dari mana, dan interaksi ke siapa saja,” kata Ema, menjelaskan rencana pengelola usaha. Ema menegaskan, keputusan pembukaan sektor tempat hiburan malam sendiri seluruhnya ada di tangan Wali Kota Bandung, Oded M. Danial.
“Saya menyarankan rapid test. Pengusaha hiburan bukan investor kecil, mereka sebetulnya termasuk berkemampuan,” ujar Ema.
Sementara itu, Pengelola F3X Club, Alvin menyanggupi permintaan pemerintah tersebut. Ia berjanji akan menyiapkannya bersama Perkumpulan Pegiat Pariwisata Bandung (P3B). “Kalau karyawan kami semuanya sudah rapid test. Tamu pun nantinya kita semua akan dites. Jadi mereka pun akan lebih nyaman. Kami terima usulan itu,” ujarnya.
Menyangkut pembebanan biaya rapid test, ia mengatakan sedang melakukan penyesuaian. Ia pun belum memastikan, apakah biaya akan dibebankan kepada pengunjung atau disediakan secara gratis oleh pihak pengelola. “Nanti kita bicarakan dahulu di asosiasi (P3B). Apakah ini akan dibebankan ke pengunjung, atau jadi beban pengelola (pengusaha)?” ucapnya.