Mengapa DJ Harus Berpenampilan Seksi dan Vulgar
Di ranah hiburan malam, bukan menjadi hal tabu jika seorang Disk Jockey (DJ) dituntut untuk berpenampilan menarik. Apalagi bagi seorang wanita yang menggeluti profesi sebagai DJ, tidak jarang mereka menunjukkan sisi keseksian lewat busana yang terbilang berani. Dan di dunia malam, sepertinya berpenampilan seksi bahkan cenderung vulgar menjadi kewajiban tersendiri. Tidak usah para performer seperti para female DJ, lihat saja tampilan para pengunjung hiburan malam yang karena begitu seksinya tak jarang membuat para pria terangsang.
Sebut saja beberapa nama female DJ yang sudah malang melintang di hiburan malam seperti Dinar Candy, Yasmin. .Una Farra hingga Katty Butterfly, Anda setuju bukan bahwa mereka adalah DJ yang kerap tampil seksi di setiap pertunjukkan mereka. Bahkan Dinar Candy mengaku melakukan implan payudara agar lekuk tubuhnya semakin hot dan mampu membius para pengunjung laki-laki di pusat hiburan malam di mana ia tampil belakangan beredar kabar bahwa Dinar juga ingin memperbaiki bokongnya. Dan melalui aksi mereka melakukan mixing lagu hingga goyangan mereka saat tampil, tak pelak para pria penggemar dunia malam akan dibuat mabuk kepayang.
Atas penampilan yang disuguhkan para Female DJ lewat penampilan dan aksi mereka, Taufik NC, Ketua Harian Pengurus Pusat Persatuan Disk Jockey Indonesia (PDJI) menerangkan jika hal tersebut bukan masalah. “Enggak masalah selama dalam batas wajar, karena seorang performer kan harus tampil menarik. Kalau menurut mereka dengan memakai pakaian seksi tu bisa menyempurnakan penampilan mereka, ya silakan saja. Lagipula seksi itu diperbolehkan asal dibarengi dengan kemampuan DJ yang benar” terang Taufik.
Sayangnya, tidak jarang pakaian seksi yang dikenakan female DJ tersebut justru disalahartikan oleh segelintir penonton dunia malam yang menikmati aksi para DJ. Beberapa diantara mereka menganggap bahwa female DJ tersebut bisa ‘dibeli’ dan akhirnya melakukan bisnis jasa esek-esek. Menanggapi fenomena tersebut, sebagai seseorang yang juga bertugas melindungi profesi DJ, Taufik mengatakan ada pembekalan diri kepada para DJ yang terdaftar sebagai anggota di PDJI. Namun jika memang ada oknum yang bersifat nakal, itu di luar kuasa PDJI sebagai lembaga yang menaungi profesi tersebut. “Ada sekitar 1.000 anggota DJ yang tergabung di PDJI dan tersebar di wilayah Indonesia dan mereka diawasi oleh tiap pengurus di daerah. Kita menjaga nama baik DJ sebagai sebuah pekerjaan professional dengan memberikan program pelatihan. Jadi buat dapat title DJ itu memang harus belajar,” papar Taufik.
Ia menambahkan, jika ada oknum female DJ yang melakukan bisnis prostitusi misalnya, itu kembali lagi pada individu masing-masing. Sebab menurut Taufik, ada yang seksi tapi bisa menjaga diri, jadi tidak semua bisa dipukul rata kalau seksi mengarah kepada hal yang tidak baik seperti menjual jasa prostitusi misalnya. Senada dengan apa yang dijelaskan oleh Taufik, Dinar Candy pun berkali-kali mengaku mendapatkan uang hasil menjalani profesi sebagai seorang DJ, bukan dengan hal-hal seperti terlibat bisnis prostitusi yang kini sedang heboh di Tanah Air.