Pesta Swinger Picu Lonjakan Kasus COVID-19
Kota Colac, Victoria, Australia tiba-tiba mengalami lonjakan kasus COVID-19 (virus corona) beberapa bulan ini. Sebuah pesta seks rahasia pun dituding sebagai biang keladinya. Dilansir dari News AU, Colac telah diguncang wabah virus corona, sampai-sampai jumlah kasusnya melonjak dengan cepat hingga hampir 100 kasus di awal Agustus. Klaster ini terkait dengan wabah di rumah jagal hewan Australian Lamb Company, sehingga ratusan karyawan dan kontak dekatnya terpaksa diisolasi.
Untungnya, kota ini mampu mengatasi wabah dengan cepat. Bahkan, jumlah infeksi anjlok sampai hampir nol dalam beberapa pekan setelah mencapai puncaknya. Anehnya, awal bulan September, Colac menghadapi gelombang kedua infeksi. Sejumlah orang mencurigai virus ini tersebar melalui pesta seks komunitas tukar pasangan atau kerap disebut ‘swinger’.
Gelombang kedua tersebut muncul setelah seorang pria terinfeksi COVID-19 saat dirawat di rumah sakit Melbourne. Ia kemudian kembali ke Colac, tanpa tahu dirinya terinfeksi, lalu menulari keluarganya. Virus ini kemudian menyebar ke masyarakat. Banyak warga yakin komunitas swinger berperan dalam penyebaran cepat ini.
Pesta seks tersebut diadakan pada 29 Agustus di sebuah kediaman pribadi. Beberapa warga dilaporkan marah atas pertemuan ilegal ini yang melanggar beberapa pembatasan COVID-19. Apalagi, pesta itu diadakan ketika daerah tersebut mengalami wabah.
Sementara itu, Kepolisian Victoria mengaku baru diberi tahu pesta itu beberapa hari setelah berlangsung.
“Polisi tidak mendatangi alamat itu di hari pertemuan dan baru mengetahui potensi pelanggaran dari arahan kepala petugas kesehatan setelah mereka diberi tahu beberapa hari berikutnya,” ujar seorang juru bicara kepolisian.
Setelah laporan diterima, mereka mengusutnya dan sang pemilik rumah dikenakan 2 denda sebesar 1.652 dolar Australia (Rp17,4 juta).
Wabah ini pun dijadikan alasan pentingnya diterapkan pembatasan oleh Perdana Menteri VIctoria Daniel Andrews.
“Berawal dari satu orang, satu kasus, kemudian 24 orang tertular kurang dari seminggu di sebuah kota pinggiran. Virus ini menyebar seperti api. Sampai kita memadamkannya, sampai kita mengendalikannya dengan baik, kita tidak bisa membuka pembatasan,” tegasnya.
Menurut Andrews, jika dilakukan pelonggaran, akan terjadi gelombang ketiga yang menyebabkan lebih banyak kerusakan daripada yang telah terjadi.