Serunya Bercinta Dengan Wanita Pemandu di Karaoke
Bagi sebahagian orang, tempat karaoke hanya sebagai sarana menyalurkan hobi menyanyi. Tapi tidak bagi Sonya, nama samaran, wanita Pekerja Seks Komersil (PSK) yang bekerja di Kota Lhokseumawe, Aceh.
Tempat hiburan malam yang di desain agar orang dapat menyanyi dengan iringan lagu dan teks pada layar televisi itu, menjadi awal Sonya terjun ke bisnis terlarang tersebut. Berawal ajakan teman menjadi ladies companion atau wanita pemandu di tempat karaoke, Sonya akhirnya terjun ke dunia prostitusi.
“Awalnya hanya ikut teman diajak menemani tamu di tempat karaoke, tapi akhirnya melayani ajakan “ngamar” karena diimingi sejumlah bayaran. Mereka (tamu) umumnya sudah beristri,” cerita Sonya.
Sebelum PSBB akibat pandemi COVID-19 (virus corona), Sonya mengaku telah satu tahun bergelut dalam bisnis dunia malam. Jika sedang ramai, wanita asal Kecamatan Muara Dua, Lhoksumawe, itu mampu melayani tiga pria hidung belang yang memesannya lewat seorang mami (Germo), dengan tarif Rp 300 hingga Rp 500 ribu untuk satu kali kencan.
“Biasanya dibayar Rp 300 sampai 500 ribu. Sebahagian disetor ke mami sebagai biaya sewa kamar,” kata Sonya.
Berbagai suka dan duka juga telah dirasakan Sonya selama menekuni bisnis prostitusi. Seluruhnya terpaksa ditelan demi alasan mencukupi kebutuhan hidup bersama anak semata wayang buah perkawinannya yang gagal.
“Pernah tidak dibayar. Tamunnya pura-pura beli rokok tapi tidak kembali. Ada juga yang suka kasar, minta aneh-aneh dan marah kalau tidak dituruti karena alasan sudah membayar. Saat sedang kerja saya menitipkan anak sama kakak,” tuturnya.
Tak hanya dari Kota Lhoksumawe, pria yang menggunakan jasa Sonya juga berasal dari Kabupaten Aceh Utara, Bireuen dan Lhoksumawe yang kebetulan berada di Lhoksumawe. Dari sejumlah tamu yang dilayani terkadang, kata Sonya, ada yang bersimpati dengan kisah hidupnya dan memberi tips lebih.
“Handphone ini juga dibeli langganan. Mereka (pelanggan) ada yang karyawan perusahaan swasta dan pegawai bank. Komunikasi selama ini baik dengan pelanggan atau mami ya pakai handphone ini,” kata Sonya yang mengaku sempat menjadi petani di Kecamatan Suka Makmur.
Sonya mengaku ingin kembali ke kampung halamannya, terlebih selama PSBB penghasilannya tidak seperti dulu. Dia berharap pemerintah mau memberi modal usaha sebagai bekal hidup mencukupi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah bagi anak semata wayang yang telah lama ditinggal.
“Saya sudah putuskan meninggalkan dunia ini (prostitusi) dan mau kembali ke kampung, membesarkan anak dari rezeki yang halal. Semoga pemerintah mau membantu,” pungkas Sonya.