Siasat Menikmati Hiburan Malam di Tengah Pandemi
Hujan masih membasahi sebagian wilayah Jakarta. Sebagian orang masih berjuang pulang. Tapi tidak untuk Ricky (bukan nama sebenarnya) dan gerombolannya. Sejak siang percakapan grup WhatsApp mereka ramai. Bersautan. Merencanakan pesta di tempat hiburan malam langganan.
Selepas petang, Ricky pun bergegas. Menaiki mobil pabrikan Jepang, dia melaju memasuki wilayah selatan Jakarta. Tidak sampai satu jam perjalanan dari rumah. Ricky sampai di lokasi. Berhenti di depan gerbang tertutup seng besi.
Seorang sekuriti lalu menghampiri. Menanyakan keperluan. Tak pakai basa-basi, Ricky lantas menyebut nama seseorang. Petugas itu bergegas membuka gembok gerbang. Mempersilakan masuk dan diarahkan menuju area parkir paling belakang dan tertutup. “Itu tadi password-nya. Kebetulan hari ini kode pakai nama itu,” ujar Ricky ketika mendatangi lokasi tersebut pada September lalu.
Tempat hiburan malam itu benar-benar tersembuyi. Kondisi gerbang yang tertutup seakan meyakinkan lokasi ini memang sedang tutup. Mengikuti aturan Pemprov DKI. Sayangnya itu hanya kamuflase. Sebab tidak sembarangan orang bisa masuk. Pengelola bahkan tiap hari mengganti kode masuk. Biasanya kode diberikan kepada para pelanggan merupakan sebuah nama seseorang.
Seharusnya tempat hiburan malam di DKI Jakarta harus tutup selama pandemi. Kebijakan ini berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 88 tahun 2020 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya dan Pengendalian Covid-19.
Kebijakan tersebut seiring Pemprov DKI Jakarta kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar seperti di awal pandemi corona sejak 14 September 2020. Bahkan tempat wisata maupun lokasi hiburan masih dilarang buka hingga waktu yang belum ditentukan. Aturan ketat di ibu kota bukan berarti Ricky dan gerombolannya sulit mencari tempat berpesta. Masih ada lokasi hiburan malam ternyata diam-diam masih buka di ibu kota. Bahkan selama aturan PSBB berlaku, terhitung lebih dari dua kali gerombolannya karaoke bersama.
Sudah sejak lama Ricky langganan di lokasi ini. Bahkan sudah tahu tempat ini ketika sempat buka di wilayah barat Jakarta. Tempat ini dirasa cocok bagi Ricky dan sejumlah kawannya. Baik melepas penat maupun hasrat.
Saking seringnya bahkan beberapa Mami, sebutan para Guest Relation Officer (GRO), di sana sudah sangat akrab. Kode masuk tadi didapat Ricky dari salah seorang Mami yang dikenalnya.
Jalan kaki dari area parkir, Ricky memasuki lobi lantai satu. Seorang sekuriti lain kembali bertanya kode masuk. Ricky kembali menyebut sebuah nama. Paham kode tersebut, sebelum masuk harus tetap melewati protokol kesehatan. Suhu tubuh dicek menggunakan termogun. Tersedia juga botol handsanitizer di dekat pintu masuk.
Mendatangi area resepsionis, Ricky kemudian diarahkan naik ke lantai dua. Menaiki tangga. Saat langkah kaki menaiki satu demi satu anak tangga, suara musik semakin terdenga. Setelah tiba, pintu pun dibuka lebar. Lantai itu berisi bar, ruang tunggu dan beberapa kamar untuk pijat. Lagi-lagi protokol kesehatan masih mencoba untuk diterapkan. Banyak tanda silang tertempel di sofa, tanda pengunjung harus jaga jarak.
Tak lama kemudian seorang perempuan datang. Berpenampilan bak pegawai kantoran. Memakai rok pendek ketat dipadu dengan atasan blazer hitam. Sosok itu adalah salah satu Mami di sana. Ricky pun mendapat sambutan begitu hangat. “Selamat malam, sayang.” ucap Mami itu melihat kedatangan Ricky.
Suasana bar hari itu tidak begitu ramai. Memang sudah ada beberapa pengunjung terlebih dahulu tiba. Sambil menunggu, Ricky memesan minum. Baru menyalakan sebatang rokok, satu per satu gerombolannya hadir. Total gerombolan Ricky malam itu ada tujuh pria. Sesuai rencana, mereka bakal karaoke bersama.
Gerombolan itu kemudian diarahkan ke lantai 3. Memasuki area ruang karaoke besar. Cukup untuk 20 orang. Layar besar dan pengeras suara sudah disiapkan. Jejeran sofa karaoke juga sudah diberi tanda silang. “Ini cuma teori saja. Nanti kita juga akan dekat-dekat. Namanya juga lagi pesta,” ujar Ricky sambil tertawa.
Para pria haus pesta itu duduk di dalam ruang karaoke. Seorang Mami tak lama masuk membawa 10 wanita pemandu lagu berpakaian seksi. Wajah mereka wajah mereka tetutup masker dan faceshield. Istilah ini biasanya disebut ‘showing’.
Satu per satu wanita pemandu lagu diperkenalkan. Tidak perlu waktu lama, beberapa di antara mereka telah dipilih. Sebelum pesta dimulai, Mami itu menginformasikan bahwa semua pemandu lagu dalam keadaan sehat. “Semua (pemandu lagu) sudah Rapid Test, dan hasilnya non reaktif,” ujar Mami kepada gerombolan Ricky
Pesta pun dimulai. Lagu-lagu rock era 90an pun diputar sebagai pembuka. Tak lama seorang pelayan masuk membawa makanan dan minuman keras. Membuat suasana semakin panas. Para wanita pemandu lagu tadi mulai melepas masker dan faceshield. Tak ada lagi yang menuruti protokol kesehatan. Semua saling berdekatan.
Salah seorang pemandu lagu mengaku sempat bingung ketika semua tempat hiburan malam ditutup. Hidupnya tidak menentu. Mengaku sebagai tulang punggung keluarga di kampung, saat pandemi corona menyerang sempat dua bulan tida kirim uang. Dirinya juga takut untuk pulang.
Sampai akhirnya kesempatan datang. Bekerja dalam kondisi pandemi sebenarnya resiko besar. Kondisi itu disadari dia. Tapi demi menghidupi keluarga, semua harus siap dilakukan. “Saya harus kerja. Biar saja kayak kucing-kucingan gini,” ujar dia.
Memang sejak Maret 2020, para pekerja dan pengusaha hiburan malam sangat terdampak pandemi corona. Belum ada solusi konkret dari pemerintah untuk nasib mereka ke depan. Asosiasi Pengusaha Hiburan Jakarta (Asphija) mencatat sebanyak 19.000 karyawan dirumahkan dan diputus hubungan kerja pada Juli lalu. Kerugian besar juga sudah dirasakan para pengusaha.
Pemprov DKI Jakarta sampai saat ini belum yakin bisa membuka akses pusat hiburan. Aturan PSBB ketat justru kembali dilakukan mengingat semakin tingginya angka positif corona.
Tawa bahagia terus menghiasi ruang karaoke. Beberapa orang di gerombolan mulai mabuk. Ricky masih tersadar. Walau banyak yang hanya bersandar. Sebagian lagi terus memeluk wanita pemandu lagu sambil terus bernyanyi menjelang tutup tengah malam. Menurut Ricky, waktu operasional tempat karaoke langganannya ini tidak seperti hari biasa saat normal. Biasanya mereka bisa tutup sampai dini hari. Selama masa pandemi ini, tempat tersebut buka sejak jam 3 sore hingga 12 malam.
Total lima jam para gerombolan Ricky ini bersenang-senang. Kocek dikeluarkan untuk pesta malam itu sangatlah besar. Mencapai Rp15 juta untuk semua hiburan yang dinikmati. Biasanya tidak sampai Rp10 juta. “Memang harganya jadi lebih mahal dibanding saat normal,” ucap dia mengakhiri percakapan.