Strategi Pekerja Malam Bertahan Hidup

pekerja malam berusaha bertahan hidup selama masa pandemi

Sejak adanya pandemi COVID-19 (virus corona), dunia malam tepatnya industri hiburan malam dipaksa tutup oleh pemerintah. Tujuannya tentu untuk mencegah penyebaran virus corona yang masih dalam tahap uji coba untuk vaksinnya tersebut. Para pelaku usaha bisnis ini pun menanggung kerugian yang tidak sedikit. Lalu, bagaimana cara para pelaku usaha tadi bertahan hidup tengah situasi tersebut?

Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hiburan Jakarta (Asphija) Hana Suryani tak banyak yang bisa dilakukan para pengusaha bisnis ini. Selain, bertahan hidup dari aset dan tabungan yang dimiliki. “Pengusaha bertahan paling dari aset atau tabungan aja sekarang,” ujar Hana.

Namun, yang lebih memprihatinkan justru para pekerja dan profesi di bisnis turunan industri ini. “Mereka itu hari-hari makan dari penghasilan yang dapat hari itu ya buat hari itu, tidak bisa nabung, tidurnya sudah di musala, anaknya ditumpang-tumpangi tempat orang, tempat saudara, yang penting mereka bisa tidur, aku ngecek karyawan itu asetnya udah pada nggak ada, dah dijualin, kayak TV, elektronik dijual semua, kompor dijual, sampai helm aja dijual,” paparnya dengan nada prihatin.

Sedangkan, salah satu pengusaha industri hiburan malam di Jakarta yakni CEO Broadway Group Vinnie Kinetica Rumbayan, punya cara tersendiri untuk tetap bertahan di tengah pandemi COVID-19 (virus corona). Beberapa cara yang ia jalani adalah beralih ke penjualan online. “Strategi saya sebagai pengusaha sekarang adalah shifting model bisnis untuk beradaptasi di masa pandemi. Misalnya membuat produk minuman dengan harga terjangkau, cukup bagus ternyata permintaannya naik terus setiap harinya,” ungkap Vinnie.

Upaya lainnya menjual produk-produk yang ramai diminati pembeli di marketplace mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga produk-produk mewah lainnya. “Menjual bahan-bahan mentah seperti cabai dan sambal karena mulai banyaknya orang yang memilih masak sendiri di rumah dan sedang melirik bisnis di sektor digital, karena sudah banyaknya WFH dan melihat orang sudah makin biasa belanja online, mulai dari bahan pokok sampai kebutuhan tersier,” jelasnya lagi.