Wanita Malam Semarang Lebih Profesional Ramah dan Berkelas
Kota Semarang yang juga merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah, tak hanya terkenal dengan wisata kulinernya yang beraneka rasa dan menggoyang selera. Di Semarang Anda juga bisa menemukan wanita malam yang masih berstatus sebagai mahasiswi atau yang akrab dengan julukan ayam kampus. Dan pengguna jasa ayam kampus di Semarang sendiri beragam, mulai dari aparatur sipil negara (ASN), profesional, hingga pekerja swasta.
Lebih profesional, ramah, dan berkelas
Seorang karyawan swasta (sebut saja namanya Arman) mengaku pernah beberapa kali menggunakan layanan para wanita malam yang cukup berpendidikan ini, lantaran menurut dia pelayanan ayam kampus di Semarang lebih profesional, ramah, dan berkelas. “Intinya, lebih berkelas, memuaskan,” katanya, kepada Tribun Jateng, baru-baru ini. Dia menuturkan, penilaiannya terhadap layanan ayam kampus bukan melulu soal bersetubuh. Melainkan, juga soal attitude, dan variabel lain. “Yang saya rasakan lebih sopan, kalau diajak ngobrol juga enak, nyambung gitu,” ujarnya.
Hanya, yang membedakan wanita malam seperti ayam kampus dengan wanita berprofesi prostitusi lainnya adalah tarif mereka yang lebih mahal. Arman mengakui dirinya harus merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkan kesempatan kencan dengan ayam kampus dibandingkan dengan wanita panggilan atau angel lainnya.
Namun, meski begitu Arman tidak keberatan. Menurutnya yang paling utama adalah kepuasan dalam mendapat pelayanan. “Pernah sama wanita malam biasa, attitude-nya kurang bagus, pengennya langsung, to the point, grusa-grusu, jadi kurang nyaman,” keluhnya.
Berburu wanita malam di media sosial
Pelanggan lain, Lingga mengakui dirinya sempat bimbang saat akan memesan jasa ayam kampus melalui media sosial. “Takutnya kena tipu aja sih,” ujarnya. Namun, rasa penasarannya semakin menjadi saat melihat foto sang mahasiswi yang menarik. Dia memperlihatkan foto yang dimaksud dalam media Twitter. Tampak gambar perempuan berswafoto mengenakan baju kuning dengan pose foto yang tampak menggoda dan bagian mata disensor.
Menurut Lingga tarif ayam kampus tersebut berkisar Rp 800 ribu hingga satu jutaan, dan tanpa tanpa pikir panjang, Lingga lantas memesan jasanya itu dan mengaku senang bahwa pelayanan ayam kampus itu sesuai dengan ekspetasinya.
Sementara Cinta, nama samaran, dirinya mengaku lebih nyaman menjadi pacar simpanan dibandingkan menjadi ayam kampus yang terang-terangan open BO atau wanita malam. Alasannya, karena tak perlu ganti-ganti pasangan yang dikhawatirkan membuat identitasnya cepat terbongkar. Pertimbangan lain, ia merasa pundi-pundi uang yang didapat jauh lebih besar. “Jadi kalau butuh uang tinggal minta, nggak perlu berhubungan seksual dengan beberapa pria (untuk mendapatkan jumlah tertentu),” tandasnya.
Dengan menjadi simpanan, Cinta merasa diopeni dan serba kecukupan dari segi finansial. Setiap kali bertemu, ia diberi uang minimal Rp 1 juta dan paling banyak Rp 6 juta sekali kencan. “Model transaksi, kalau ketemu pasti kasih, minimal Rp 1 juta-Rp 2 juta. Kadang tidak ketemu pun tiba-tiba ditransfer uang tanpa saya minta,” imbuhnya.